tentang saya

tentang saya

Kamis, 22 September 2011

METODOLOGI PENYAJIAN ILMIAH


METODOLOGI PENYAJIAN ILMIAH
 (alternatif pengganti bahan bakar BBM)








NAMA:          Nur Akmal Abdullah
NIM:               G411 09 014


Prodi Keteknikan Pertanian
Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
2010




PENDAHULUAN


1. Latar Belakang
Pada saat ini bahan bakar minyak (BBM) yang ada di pasaran disintesa dari produk petrokimia yang menggunakan bahan baku berasal dari minyak bumi.
Ketersediaan minyak bumi sangat terbatas dan merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga harganya akan semakin meningkat. Indonesia yang saat ini dikenal sebagai salah satu negara pengekspor minyak bumi diperkirakan juga akan mengimpor bahan bakar minyak pada 20 tahun mendatang, karena produksi dalam negeri tidak dapat lagi memenuhi permintaan pasar yang meningkat cepat akibat pertumbuhan penduduk dan industri. Untuk mengatasi krisis BBM ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan penghematan BBM yang dituangkan dalam Instruksi Presiden No. 10 tahun 2005. Inpres ini mengatur tentang langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam rangka penghematan BBM. Selain upaya penghematan, maka upaya untuk mengatasi krisis BBM juga dapat dilakukan dengan mengalihkan pemanfaatan energi fosil (minyak) kepada energi yang terbarukan (renewable energy).
Upaya ke arah penyediaan bahan bakar alternatif selain bahan bakar fosil terus diupayakan, antara lain dengan mengubah bentuk mesin serta menyediakan sumber energi lain selain bahan bakar fosil. Di Indonesia, Penelitian tentang alternatif pengganti bahan bakar fosil sudah lama dilakukan yaitu dengan mencari bahan baku atau sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Indonesia merupakan Negara agraris yang kaya akan sumber daya alam, sehingga mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin dalam energi yang terbarukan ini.
Energi terbarukan yang dapat digunakan adalah etanol dan biodiesel yang bahan bakunya sangat melimpah di Indonesia. Bahan baku biodiesel atau etanol dapat berupa ketela pohon, tetes tebu, kelapa sawit atau biji jarak. Tanaman-tanaman penghasil biodiesel ini juga dapat dimanfaatkan untuk menyerap gas-gas CO2 dari udara untuk mengurangi pemanasan global sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Kyoto Protocol. Selain itu, bahan baku lain yang dapat diolah menjadi biodiesel juga dapat berasal dari bahan tidak terpakai atau limbah seperti eceng gondok, minyak bekas pakai, gas methanol dari sampah atau kotoran hewan serta limbah minyak kelapa sawit.
Tanaman jarak sudah dikenal oleh masyarakat, tetapi hanya sebatas sebagai tanaman pagar atau pembatas sawah petani, karena dianggap tidak ekonomis, sedangkan daun dan buahnya hanya digunakan untuk pakan ternak. Tanaman jarak adalah salah satu tanaman yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel. Berdasarkan hasil Penelitian Manurung (2005), maka biji jarak dapat menghasilkan minyak yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak diesel (solar) dan minyak tanah. Ekstraksi minyak dari buah jarak akan meningkatkan nilai ekonomi dari pohon jarak. Tanaman jarak dapat menghasilkan 40 ton biji per hektar dengan harga jual Rp.2000/kg. Minyak jarak dihasilkan dari daging buah biji jarak melalui proses ekstraksi dengan menggunakan mesin pengepres minyak. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa kadar lemak kasar yang terdapat pada biji jarak adalah 47.25%, protein kasar 24.60% , serat kasar 10.12%, kadar air 5.5%, abu 4.5% dan karbohidrat 7.99%. Kandungan iodin minyak biji jarak juga cukup tinggi yaitu 105,2 mg iodine/g. Biji jarak yang mengandung minyak dengan kadar cukup tinggi ini sangat mudah diekstraksi. Dalam perhitungan matematis, untuk membangkitkan pembangkit listrik tenaga diesel berkekuatan 1 Megawatt dibutuhkan 90 hektar pohon jarak (Suara Pembaruan, 2005).
Pohon jarak berasal dari Afrika Selatan, dan sudah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1940-an, saat penjajah Jepang menggunakan minyak jarak untuk penerangan di rumah-rumah penduduk dan sumber energi untuk menggerakkan alat-alat perang (Suara Pembaruan, 2005).
Di Indonesia, biodiesel khususnya biodiesel dari minyak jarak belum dimanfaatkan sebagai bahan bakar, baik untuk transportasi maupun industri. Berdasarkan hal ini, maka Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU tertarik untuk melakukan penelitian mengenai proses pembuatan minyak jarak sebagai bahan bakar alternatif.
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
·         Mengetahui komposisi kimia biji jarak
·         Mendapatkan metode ekstraksi minyak biji jarak yang terbaik yang dapat menghasilkan rendemen minyak tertinggi.
·         Mengetahui komposisi asam lemak dari minyak biji jarak yang dihasilkan
·         Mempelajari aplikasi dari minyak biji jarak pada mesin diesel
3. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh data dasar tentang sifat fisik dan komposisi biji jarak, proses pembuatan minyak jarak serta karakteristik dari minyak jarak. Data dasar tersebut berguna untuk merancang dan membangun alat pengepres minyak jarak yang dapat diterapkan di tingkat pengguna yaitu petani dan pengusaha minyak jarak. Dari data karakteristik minyak jarak juga dapat diketahui arah pemanfaatan minyak jarak, yang salah satunya adalah sebagai bahan bakar alternatif.
4. Hipotesis Penelitian
Diduga metode pemanasan yang berbeda terhadap biji jarak sebelum diekstraksi akan mempengaruhi rendemen minyak biji jarak yang dihasilkan.
























TINJAUAN PUSTAKA
1. Tanaman Jarak
Tanaman jarak (Jatropha curcas L.) dikenal sebagai jarak pagar, dan merupakantanaman semak yang tumbuh dengan cepat hingga mencapai ketinggian 3-5 meter. Tanaman ini tahan kekeringan dan dapat tumbuh di tempat-tempat dengan curah hujan 200 mm hingga 1500 mm per tahun. Daerah penyebaran tanaman terletak antara 40o LS sampai 50o LU dengan ketinggian optimal 0-800 meter di atas permukaan laut (Hamdi, 2005).
Tanaman jarak memerlukan iklim yang kering dan panas terutama pada saat berbuah. Suhu yang rendah pada saat penanaman dan pembungaan akan sangat merugikan karena mudah terserang jamur. Tanaman jarak pagar tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dengan suhu optimum 20 – 35o C. Kelembaban yang tinggi akan mendorong perkembangan jamur sehingga akan menurunkan produktivitas. Tanaman jarak pagar tergolong tanaman hari panjang, yaitu tanaman yang memerlukan sinar matahari langsung dan terus menerus sepanjang hari. Tanaman tidak boleh terlindung dari tanaman lainnya, yang berakibat akan menghambat pertumbuhannya (Hamdi, 2005).
Faktor utama yang berpengaruh terhadap tanaman adalah intensitas hujan, hari hujan perbulan dan panjang bulan basah. Intensitas hujan yang tinggi dalam bulan-bulan basah, akan mengakibatkan timbulnya serangan cendawan dan bakteri, baik di bagian atas maupun bagian dalam tanah. Pada saat berbunga dan berbuah membutuhkan bulan kering minimal 3 bulan (Hamdi, 2005).
Tanaman jarak tidak memerlukan tanah subur, tetapi lebih sesuai bila struktur tanahnya ringan. Umumnya produksi maksimum dicapai pada tanaman yang tumbuh di tanah lempung berpasir dengan pH 5 – 6.5. Jarak tidak tahan terhadap genangan air, sehingga drainase harus dilakukan dengan baik. Tanah yang ditanami harus bebas dari naungan sehingga mendapatkan sinar matahari yang cukup (Hamdi, 2005).
Jarak pagar hampir tidak memiliki hama karena sebagian besar bagian tubuhnya beracun. Tanaman ini mulai berbuah setelah berusia lima bulan dan mencapai produktivitas penuh pada usia 5 tahun. Buahnya berbentuk ellips dengan panjang 1 inchi dan memiliki 2-3 biji. Umur tanaman ini dapat mencapai 50 tahun  (Suara Pembaruan,2005).
Saat ini cara bercocok tanam jarak masih dilakukan secara sederhana, dan
biasanya dilakukan bersama-sama dengan tanaman palawija seperti jagung, padi gogo, kedele, kacang tanah dan ketela pohon. Penanaman jarak dilakukan dengan cara memasukkan 2-3 biji pada setiap lubang sedalam kira-kira 3 cm pada tanah yang telah digemburkan dan diratakan. Waktu tanam perlu disesuaikan dengan keadaan iklim setempat serta jenis jarak yang akan ditanam. Penanaman sebaiknya dilakukan pada akhir musim hujan, untuk menjaga agar saat pembungaan tidak terkena hujan yang dapat mengakibatkan gugurnya bunga. Untuk mempercepat perkembangan dan pertumbuhan biji secara serentak, sebelum ditanam biji direndam selama 24 jam. Pemeliharaan tanaman dan pemupukan dapat dilakukan pada waktu tanaman berumur 3 minggu
(Ketaren, 1986).


Pemupukan dapat diberikan dua kali yaitu pada saat tanam dan setelah tanaman berumur 3-4 minggu. Dipakai system hara berimbang (NPK) dosis pemakaian per hektar lahan 200 kg urea, 100 kg TSP dan 50 kg KCl. Tiap pohon memerlukan 50 gra, campuran urea, TSP dan KCL 2:2:1 pada saat tanam dan 20 gram urea setelah 3-4 minggu. Pemupukan dilakukan dengan melubangi tanah sedalam 5-7 cm di sekitar pohon sejauh 5-10 cm, kemudian ditutup tanah kembali. Panen buah jarak dapat dilakukan pada saat buah jarak sudah mulai tua, yang ditandai dengan 75% buah pada sebuah malai sudah mengering. Ciri-ciri buah yang sudah dapat dipanen adalah batas antar ruang biji sudah tampak jelas bergaris. Pada satu buah terdapat 3 biji. Waktu panen harus tepat sebab keterlambatan akan mengakibatkan pecahnya kulit biji dan biji akan terlempar keluar (Trubus, 2005).
Panen dilakukan dengan cara memotong malai menggunakan pisau yang tajam. Buah yang masih berkulit kemudian dijemur selama 3 hari dan kulit buah akan pecah dengan sendirinya. Biji-biji yang diperoleh dijemur kembali sampai kering kemudian disimpan (Ketaren, 1986).
Biji dan buah dipisahkan dengan cara ditampi kemudian biji dijemur kembali hingga kering dan siap diolah menjadi minyak jarak pagar. Hasil panen
tergantung dari kondisi tanah dan pemeliharaan. Satu pohon jarak dapat menghasilkan 10-15 kg/tahun apabila tanaman dipelihara dan diberi pemupukan dengan baik (Hamdi, 2005).\
2. Manfaat Tanaman Jarak
Bagian tanaman jarak yang dapat dimanfaatkan adalah biji, akar, daun dan
minyak dari bijinya. Bagian daun digunakan sebagai obat untuk penyakit koreng,
eczema, gatal (pruritus), batuk sesak dan hernia. Bagian akar digunakan untuk rematik sendi, tetanus, epilepsy, bronchitis pada anak-anak, luka terpukul, TBC kelenjar dan schizophrenia (gangguan jiwa). Bagian biji digunakan untuk mengurangi kesulitan buang air besar (konstipasi), kanker mulut rahim dan kulit (carcinoma of cervix and skin), visceroptosis/gastroptosis, kesulitan melahirkan dan retensi plasenta/ari-ari, kelumpuhan oton muka, TBC kelenjar, bisul, koreng, scabies ,infeksi jamur dan bengkak. Minyak jarak dihasilkan dari biji buah jarak dengan proses ekstraksi menggunakan mesin pengepres atau menggunakan pelarut. Crude bio oil dihasilkan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut dan kemudian dilanjutkan dengan proses pirolisis, dan untuk menghasilkan modified bio oil dilanjutkan dengan proses partial cracking. Modified bio oil dapat digunakan sebagai bahan substitusi minyak tanah (Suara Pembaruan, 2005).
Bahan bakar biji jarak ini dapat digunakan sebagai alternatif sumber energi yaitu sebagai pengganti bahan bakar solar, sehingga bias digunakan untuk mobil
dengan mesin diesel, mesin penggilingan beras dan kapal-kapal nelayan .
Minyak jarak dan turunannya digunakan dalam industri cat, varnish, lacquer,
pelumas, tinta cetak, linoleum, oil cloth dan sebagai bahan baku dalam industri-industri plastic dan nilon. Dalam jumlah kecil minyak jarak dan turunannya juga digunakan untuk pembuatan kosmetik, semir dan lilin (Ketaren, 1986).

Sebelum digunakan untuk berbagai keperluan, minyak jarak perlu diolah lebih dahulu. Pengolahan ini meliputi dehidrasi, oksidasi, hidrogenasi, sulfitasi, penyabunan dan sebagainya. Pengolahan tersebut mengakibatkan perubahan sifat fisiko-kimia minyak jarak (Ketaren, 1986).
3. Komposisi Kimia Biji dan Minyak Jarak
Biji jarak terdiri dari 75% kernel (daging biji) dan 25% kulit dengan komposisi
kimia seperti pada Tabel 1. Minyak jarak mempunyai kandungan asam lemak seperti pada Tabel 2.

Tabel 1. Komposisi kimia biji jarak (Ketaren, 1986)\

Komponen                              Jumlah (%)
Minyak                                         54
Karbohidrat                                  13
Serat                                            12.5
Abu                                              2.5
Protein                                         18



Tabel 2. Kandungan asam lemak minyak biji jarak (Ketaren, 1986)
Asam Lemak                           Jumlah (%)
Asam Risinoleat                           86
Asam Oleat                                 8.5
Asam Linoleat                             3.5
Asam Stearat                             0.5-2.0
Asam Dihidroksi                     Stearat 1-2
4. Sifat Fisik dan Kimia Minyak Jarak
Minyak jarak mempunyai rasa asam dan dapat dibedakan dengan trigliserida lainnya karena bobot jenis. Kekentalan (viskositas) dan bilangan asetil serta kelarutannyadalam alkohol nilainya relatif tinggi. Minyak jarak larut dalam etil alcohol 95% padasuhu kamar serta pelarut organik yang polar, dan sedikit larut dalam golonganhidrokarbon alifatis. Nilai kelarutan dalam petroleum eter relative rendah, dan dapatdipakai untuk membedakannya dengan golongan trigliserida lainnya. Kandungantokoferol relatif kecil (0.05%), serta kandungan asam lemak essensial yang sangat rendahmenyebabkan minyak jarak tersebut berbeda dengan minyak nabati lainnya (Ketaren,1986).
 Sifat fisik dan kimia minyak jarak dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sifat fisik dan kimia minyak jarak
Karakteristik                                                   Nilai
Viskositas (gardner-hold),                  25o C u-v (6.3-8.8 st)
Bobot Jenis                                         20/20o C 0.957 – 0.963
Bilangan Asam                                            0.4 – 4.0
Bilangan Penyabunan                                             176 – 181
Bilangan tak Tersabun                                    0.7
Bilangan Iod (Wijs)                                      82 – 88
Warna (appearance)                                   Bening
Warna Gardner (max)                         Tidak lebih gelap dari 3’
Indeks Bias                                              1,477 – 1,478
Kelarutan dalam alkohol (20oC)         Jernih (tidak keruh)
Bilangan asetil                                            145 – 154
Titik Nyala (tag close cup)                              230 ̊C
Titik Nyala (cleveland open cup)                   285 ̊C
Antoignition temperature                               449 ̊C
Titik Api                                                          322 ̊C
Titik Didih                                                      Dec
Putaran optik, 200 mm                              +7, 5sD + 9,0
Koefisien Muai per o C                                   0,00066
Pour Point                                                       -33oC
Tegangan Permukaan pada 20o C             39,9 dyne/cm
Sumber : Bailey (!950) di dalam Ketaren (1986)

Sebagai alternatif bahan bakar minyak, maka minyak biji jarak sudah memenuhi syarat ideal sebuah bahan bakar, yaitu nilai kalorinya 35,58 MJ/kg, bilangan asam 3,08  mg KOH/g, titik nyala 290oC, viskositas 50,80 cSt dan densitas 0,0181 g/cm3. Minyak jarak Jatropha curcas L berwarna kuning bening, memiliki bilangan iodine tinggi yaitu 105,2 mg yang berarti kandungan minyak tak jenuhnya sangat tinggi, terutama terdiri atas asam oleat dan linoleat yang mencapai 90% (Trubus, 2005).
Minyak jarak pagar (jatropha) mempunyai ikatan rangkap sehingga viskositasnya rendah (encer), sedangkan minyak jarak ricinus (Ricinus communis), tidak memiliki ikatan rangkap dan mempunyai gugus OH sehingga minyaknya lebih kental. Pada suhu 25oC viskositas minyak jarak ricinus mencapai 600-800 cP dan pada suhu 100oC mencapai 15-20 cP, sehingga minyak jarak ricinus sesuai untuk digunakan sebagai pelumas (Trubus, 2005).
Minyak jarak ricinus mengandung asam risinoleat yang sangat tinggi yaitu 89,5%, juga ngandung asam lemak linoleat 4,2%, asam oleat 3,0%, asam stearat 1,0%. Asamrisinoleat mempunyai nilai saponifikasi 186, nilai wijs iodine 89 dan titik leleh 5,5oC (Trubus, 2005).
5. Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak
Proses pengolahan minyak biji jarak dari biji buah jarak meliputi : pengeringan buah jarak untuk mengeluarkan biji dari buah jarak, pengeringan biji jarak hingga diperoleh kadar air biji 6%, pemisahan kulit biji (cangkang) dengan daging biji yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan mesin pemisah biji jarak, proses pemanasan daging biji (steam) pada suhu 170oC selama 30 menit, penghancuran daging biji , pengepresan minyak dengan menggunakan mesin pengepres, dan penyaringan minyak (Trubus, 2005).
Bungkil biji jarak dari hasil pengepresan minyak jarak dapat digunakan sebagai pakan ternak setelah terlebih dahulu membuang racun ricin dan kurkinnya. Kadar racun jarak yang ditanam di Indonesia belum diketahui, sedangkan jarak Riccinus communis yang dibudidayakan di negara-negara lain seperti Afrika Selatan, Israel dan Turki berkadar ricin 3,3-3,9 mg/g. Setelah proses pemanasan racun kurkin akan kehilangan daya toksiknya, sedangkan racun ricin dapat dihilangkan dengan perlakuan kimiawi, yaitu dengan menambahkan etanol dan NaOH. Tempurung jarak juga masih dapat dimanfaatkan melalui teknologi pirolisa dan dapat digunakan sebagai bahan bakar kompor (Trubus, 2005).
6. Karakteristik Umum Biodiesel
Karakteristik umum yang perlu diketahui untuk menilai kinerja bahan bakar diesel antara lain viskositas, cetane index, berat jenis, titik tuang, nilai kalor pembakaran, volatilitas, kadar residu karbon, kadar air dan sediment, indeks diesel, titik embun, kadar sulfur dan titik nyala.
Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler Terhadap gaya gravitasi, biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk mengalir pada jarak tertentu. Ika viskositas semakin tinggi, maka tahanan untuk mengalir akan semakin tinggi. Karakteristik ini sangat penting karena mempengaruhi kinerja injektor pada mesin diesel. Atomisasi bahan bakar sangat bergantung pada viskositas, tekanan injeksi serta ukuran lubang injektor  (Shreve, 1956).
Pada umumnya, bahan bakar harus mempunyai viskositas yang relatif rendah agar dapat mudah mengalir dan teratomisasi Hal ini dikarenakan putaran mesin yang cepat membutuhkan injeksi bahan bakar yang cepat pula. Namun tetap ada batas minimal karena diperlukan sifat pelumasan yang cukup baik untuk mencegah terjadinya keausan akibat gerakan piston yang cepat (Shreve, 1956).
Angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri (auto gnition). Skala untuk angka setana biasanya menggunakan referensi berupa campuran antara normal setana (C16H34) dengan alpha methyl naphthalene (C10H7CH3) atau dengan heptamethylnonane (C16H34). Normal setana memiliki angka setana 100, alpha methyl naphtalene memiliki angka setana 0, dan heptamethylnonane memiliki angka setana 15. Angka setana suatu bahan bakar biasanya didefinisikan sebagai persentase volume dari normal setana dengan campurannya tersebut (Shreve, 1956).
Angka setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan bakar dapat menyala pada temperatur yang relatif rendah, dan sebaliknya angka setana rendah menunjukkan bahan bakar baru dapat menyala pada temperatur yang relatif tinggi. Penggunaan bahan bakar mesin diesel yang mempunyai angka setana yang tinggi dapat mencegah terjadinya knocking karena begitu bahan bakar diinjeksikan ke dalam silinder pembakaran maka bahan bakar akan langsung terbakar dan tidak terakumulasi (Shreve, 1956).
- Berat Jenis
Berat jenis menunjukkan perbandingan berat per satuan volume, karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per satuan volume bahan bakar. Berat jenis bahan bakar diesel diukur dengan menggunakan metode ASTM D287 atau ASTM D1298 dan mempunyai satuan kilogram per meter kubik (kg/m3).
- Titik Tuang                                                                     
Titik tuang adalah titik temperatur terendah dimana mulai terbentuk kristal-kristal parafin yang dapat menyumbat saluran bahan bakar. Titik tuang ini dipengaruhi oleh derajat ketidakjenuhan (angka iodium),semakin tinggi ketidakjenuhan maka titik tuang semakin rendah. Titik tuang juga dipengaruhi oleh panjang rantai karbon, semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi titik tuang. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metoda ASTM D97 (Shreve, 1956).
- Nilai Kalor Pembakaran
Nilai kalor pembakaran menunjukkan energi kalor yang dikandung dalam tiap satuan massa bahan bakar. Nilai kalor dapat diukur dengan bomb calorimeter kemudian dimasukkan dalam rumus :
8100C + 3400 (H-O/8) Nilai Kalor = kkal/kg 100 Nilai kalor H, C, dan O dinyatakan dalam persentase berat setiap unsur yang terkandung dalam satu kilogram bahan bakar (Shreve, 1956).
- Volatilitas
Volatilitas adalah sifat kecenderungan bahan bakar untuk berubah fasa menjadi fasa uap. Tekanan uap yang tinggi dan titik didih yang rendah menandakan tingginya volatilitas (Shreve, 1956).
- Kadar Residu Karbon
Kadar residu karbon menunjukkan kadar fraksi hidrokarbon yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari range bahan bakar . Adanya fraksi hidrokarbon ini menyebabkan menumpuknya residu karbon dalam ruang pembakaran yang dapat mengurangi kinerja mesin. Pada temperatur tinggi deposit karbon ini dapat membara, sehingga menaikkan temperatur silinder pembakaran (Shreve, 1956).
- Kadar Air dan Sedimen
Pada negara yang mempunyai musim dingin kandungan air yang terkandung dalam bahan bakar dapat membentuk kristal yang dapat menyumbat aliran bahan bakar. Selain itu, keberadaan air dapat menyebabkan korosi dan pertumbuhan mikroorganisme yang juga dapat menyumbat aliran bahan bakar. Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan juga dan kerusakan mesin
(Shreve, 1956).
- Indeks Diesel
Indeks diesel adalah suatu parameter mutu penyalaan pada bahan bakar mesin diesel selain angka setana. Mutu penyalaan dari bahan bakar diesel dapat diartikan sebagai waktu yang diperlukan untuk bahan bakar agar dapat menyala di ruang pembakaran dan diukur setelah penyalaan terjadi. cara menentukkan indeks diesel dari suatu bahan bakar mesin diesel dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini : Titik Anilin (oF) x API Gravity
Indeks Diesel = 100
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa nilai indeks diesel dipengaruhi oleh titik
anilin dan berat jenisnya (Shreve, 1956).
- Titik Embun
Titik embun adalah suhu dimana mulai terlihatnya cahaya yang berwarna suram relative terhadap cahaya sekitarnya pada permukaan minyak diesel dalam proses pendinginan. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metoda ASTM D97.
- Kadar Sulfur
Kadar sulfur dalam bahan bakar diesel dari hasil penyulingan pertama (straightrun) sangat bergantung pada asal minyak mentah yang akan diolah. Pada umumnya, kadar sulfur dalam bahan bakar diesel adalah 50-60% dari kandungan dalam minyak mentahnya. Kandungan sulfur yang berlebihan dalam bahan bakar diesel dapat menyebabkan terjadinya keausan pada bagian-bagian mesin. Hal ini terjadi karena adanya partikel-partikel padat yang terbentuk ketika terjadi pembakaran dan dapat juga disebabkan karena keberadaan oksida belerang seperti SO2 dan SO3. Karakteristik ini ditentukan dengan menggunakan metode ASTM D1551 (Shreve, 1956).
- Titik nyala ( flash point)
Titik nyala adalah titik temperatur terendah dimana bahan bakar dapat menyala. Hal ini berkaitan dengan keamanan dalam penyimpanan dan penanganan bahan bakar (Shreve, 1956).

































III BAHAN DAN METODE
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan dari bulan Juli hingga September 2005, dan dilaksanakan di laboratorium Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU Medan.
2. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jarak yang berasal dari tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L) yang sudah tua yang diperoleh dari petani serta dari hasil tanaman jarak yang ditanam di areal Fakultas Pertanian USU. Biji jarak yang digunakan adalah biji jarak yang sudah tua yang ditandai dengan kulit buah yang sudah mengering dan batas antar ruang biji di dalam buah sudar terlihat jelas bergaris. Bahan lainnya adalah bahan-bahan kimia untuk analisa kadar lemak, kadar protein, serta analisa karakteristik minyak biji jarak yaitu bilangan iod dan bilangan asam. Alat-alat yang digunakan dalam Penelitian ini terdiri dari mesin pengupas biji jarak, dan mesin pengepres minyak jarak yaitu hydraulic press serta alat-alat gelas untuk analisa kimia minyak jarak yang dihasilkan.
3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu : Tahap I : Penentuan
Komposisi Kimia Biji Jarak, Tahap II : Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Mutu Minyak Jarak.

Tahap I : Penentuan Komposisi Kimia Biji Jarak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia dari biji jarak. Penelitian dilakukan dengan cara mengamati biji jarak yaitu : berat biji rata-rata, berat cangkang dan berat daging bijinya, kemudian dilakukan analisa proksimat terhadap kadarair (metode oven, AOAC, 1995), kadar lemak (metode soxhlet), kadar protein (Kjeldahl), kadar abu dan karbohidrat (by difference), juga dilakukan analisa serat kasar dari biji jarak.
Tahap II : Pengaruh Metode Pemanasan Daging Buah Biji Jarak Terhadap
Rendemen Minyak
Penelitian tahap II ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pemanasan biji jarak sebelum diektraksi terhadap rendemen minyak jarak yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan pemanasan sebelum diekstraksi yaitu dengan cara blansir menggunakan uap air panas selama 30 menit pada suhu 170o C, pemanasan dengan menggunakan oven suhu 105o C dan pemanasan dengan cara penggongsengan biji. Percobaan dilakukan dalam 3 ulangan, dan proses ekstraksi minyak jarak dilakukan sebagai berikut :
·         Buah hasil panen dijemur di bawah sinar matahari selama 3 hari, hingga kadar airnya mencapai 6%. Kemudian dikumpukan dalam satu wadah.
·         Dilakukan pemisahan daging buah dengan cangkang (tempurung) dengan menggunakan mesin pengupas biji jarak.
·         Daging buah dipanaskan sesuai dengan perlakuan
·         Daging buah dihancurkan dengan blender
·         Bubur buah yang dihasilkan dipress dengan mesin pengepress
·         Minyak yang dihasilkan ditampung dan kemudian disaring
·         Dihitung rendemen minyak yang dihasilkan
Berat minyak jarak yang dihasilkan Rendemen = x 100%
Berat Biji jarak yang digunakan
Metode pemanasan yang menghasilkan rendemen minyak yang terbanyak dipilih sebagai metode pemanasan yang terbaik. Minyak jarak yang dihasilkan juga dianalisis karakteristiknya yang meliputi bilangan iod, bilangan asam, BJdan indeks bias (Apriyantono et al, 1989).
4. Metode Pengamatan
Karakteristik Minyak Jarak
a. Bilangan Iod (Metode Wijs, Apriyantono et al, 1989).
·         Sampel minyak ditimbang 0.5 g di dalam Erlenmeyer bertutup, kemudian dipanaskan.
·         Ditambahkan 15 ml kloroform untuk melarutkan sample minyak.
·         Ditambahkan 25 ml pereaksi Wijs, ditempatkan di ruang gelap selama 30 menit sambil sekali-sekali dikocok.
·         Ditambahkan 20 ml larutan KI 15%, dikocok merata. Erlenmeyer dan tutupnya dicuci dengan 100 ml aquades yang baru dan dingin, dan cucian dimasukkan ke dalam larutan.
·         Dititrasi dengan Na2S2O3 0.1 N dengan pengocokan yang konstan. Digunakan pati 1%sebagai indikator.
·         Blanko dibuat seperti pada penetapan sample, dimana minyak diganti dengankloroform.
·         Bilangan iod dihitung dengan menggunakan perhitungan berikut : (titer blanko – titer sample) x N Na2S2O3 x 12.69 Bilangan iod = Berat sample (gram)
b. Bilangan Asam (Apriyantono, 1989).
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak. Cara penentuan bilangan asam adalah sebagai berikut :
·         20 g minyak ditimbang dalam Erlenmeyer 250 ml
·         Ditambahkan 50 ml alkohol 95% netral, dipanaskan hingga mendidih (± 10 menit) dalam penangas air sambil diaduk.
·         Larutan ini kemudian dititrasi dengan KOH 0.1 N, menggunakan indicator fenolftalein sampai terbentuk warna merah jambu yang persisten selama 10 detik.
·         Bilangan asam dihitung dengan perhitungan berikut : ml KOH x N KOH x 56.1 Bilangan asam = Berat sample Ml KOH x N KOH x M Kadar asam = 10 G
G = berat sample
M = berat molekul asam lemak yang dominant dalam minyak.



c. Berat Jenis (Apriyantono et al, 1989)
Berat jenis (BJ) adalah perbandingan berat dari volume sample minyak dengan berat air yang volumenya sama pada suhu tertentu (25o C). Cara penentuan berat jenis adalah sebagai berikut :
·         Pikonometer dibersihkan dan ditimbang
·         Kemudian piknometer diisi dengan aquades bersuhu 20-30o C. Pengisian dilakukan sampai air dalam botol meluap dan tidak ada gelembung udara di dalamnya.
·         Setelah ditutup, botol direndam dalam bak air yang bersuhu 25o C dengan toleransi 0.2oC selama 30 menit.
·         Botol diangkat dari bak dan dikeringkan dengan kertas pengisap.
·         Ditimbang berat botol dengan isinya.
·         Contoh minyak jarak disaring dengan kertas saring untuk membuang benda asing dan kandungan air. Selanjutnya contoh minyak diperlakukan sama seperti langkah di atas.
·         Berat jenis minyak dihitung sebagai berikut : Berat botol dan minyak – berat botol BJ pada suhu 25/25o C = Berat air pada suhu 25o C
d. Indeks Bias (Apriyantono et al, 1989)
Indeks bias didefenisikan sebagai Perbandingan dari kecepatan cahaya di udara dengan kecepatan cahaya dalam medium tertentu. Pengujian indeks bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian minyak dan dapat menentukan dengan cepat terjadinya hidrogenasi katalitis. Cara penentuannya adalah sebagai berikut :
·         Beberapa tetes minyak diteteskan pada prisma refraktometer Abbe, yang sudah distabilkan pada suhu tertentu.
·         Dibiarkan selama 1-2 menit untuk mencapai suhu refraktometer.
·         Dilakukan pembacaan indeks bias.
·         Indeks bias dikoreksi untuk suhu standar dengan menggunakan rumus berikut :
R = R’ – K (T’-T)
R = Indeks bias pada suhu standar
R’ = Indeks bias pada suhu pembacaan
T = suhu standar
T’ = suhu pembacaan
K = 0.000385
e. Warna
Warna minyak jarak ditentukan secara visual (subjektif) yaitu dengan cara
mengamati warna dari minyak jarak yang dihasilkan.

















IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Biji Jarak
Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap biji jarak yang meliputi rendemen biji, bentuk biji, perbandingan berat kulit biji dan endosperm (daging) biji serta komposisi kimia biji jarak.
a. Bentuk dan Rendemen Biji Jarak
Buah jarak berbentuk bulat lonjong dengan ukuran 3-3.5 cm panjang dan diameter
sekitar 2.5 cm. Buah jarak yang dapat dimanfaatkan bijinya sebagai sumber minyak adalah buah jarak yang sudah tua, dengan ciri-ciri batas antara ruang biji sudah tampak jelas bergaris. Pada satu buah terdapat 3 (tiga) biji. Biji jarak pagar berwarna hitam dan berbentuk lonjong. Panjang biji berkisar antara 1.5 – 2.0 cm sedangkan diameternya ± 1 cm. Dari hasil pengamatan terhadap buah jarak yang baru dipanen, sebanyak 1 kg buah jarak akan menghasilkan 213 gram biji jarak yang masih mengandung air sebesar 48%. Hal ini berarti rendemen biji jarak dalam keadaan basah adalah 21.3% dan bagian terbesar dari buah jarak adalah daging buah yaitu 78.7%. Dalam pengolahan biji jarak menjadi minyak, maka biji jarak dikeringkan hingga kadar air mencapai 6%, sehingga dari 1 kg buah jarak basah akan diperoleh biji karet yang sudah kering sebanyak 117.4 g
atau 11.74%.
b. Perbandingan Berat Kulit Biji dan Endosperm Biji Jarak
Perbandingan antara berat kulit biji jarak dan endosperm (daging) biji jarak pada saat basah dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan berat kulit biji dan endosperm biji jarak basah.
Bagian Biji Berat (g)               Persentase
Kulit Biji 0.3                                   30
Endosperm Biji 0.7                        70
Dari Tabel 4 diketahui perbandingan kulit dan endosperm biji jarak adalah 30%
kulit dan 70% daging (endosperm).
c. Komposisi Kimia Biji Jarak
Penentuan komposisi kimia biji jarak dilakukan dengan cara analisa proksimat biji yang hasilnya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi kimia biji jarak
Analisa Komposisi
Lemak (% basis kering)                       46.25
Protein (% basis kering)                      18.88
Abu (% basis kering)                           2.62
Karbohidrat (basis kering)                  32.25
Air (basis basah)                                  48.06
Serat Kasar (basis kering)                   15.1
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa kadar lemak biji jarak mencapai 46%, sehingga
biji jarak sangat potensial digunakan sebagai sumber lemak/minyak. Selain itu biji jarak juga mengandung protein dan serat yang cukup tinggi. Pada proses pengolahan minyak biji jarak, protein dan serat ini masih tetap terdapat pada bungkil/ampasnya. Tetapi bungkil ini juga masih mengandung racun yaitu ricin dan kurkin. Racun kurkin dapat hilang pada proses pemanasan , sedang ricin dihilangkan dengan proses kimiawi, yaitu dengan menambahkan etanol dan natrium hidroksida (Trubus, 2005). Sehingga bungkil/ampas dari proses pembuatan minyak jarak cukup potensial untuk digunakan baik sebagai pakan ternak maupun bahan pangan. Pada penelitian ini komposisi asam lemak dari minyak jarak belum dilakukan. Berdasarkan hasil analisa dari Gubitz et al., (1998), maka komposisi asam lemak dari lemak biji jarak dapat dilihat pada Tabel 6. Asam lemak yang dominan terdapat pada minyak jarak adalah asam oleat dan linoleat yang merupakan asam lemak tidak jenuh. Asam oleat memiliki satu ikatan rangkap, sedangkan asam linoleat memiliki dua ikatan rangkap. Tingginya asam lemak tidak jenuh pada minyak jarak ini menyebabkan minyak jarak berbentuk cair pada suhu ruang. Asam oleat dan linoleat memiliki titik cair yang rendah, yaitu 14oC untuk oleat dan 11oC untuk asam linoleat (Ketaren, 1986).
Tabel 6. Komposisi asam lemak minyak biji jarak *)
Asam Lemak                                       Komposisi (%)
Asam Miristat                                                 0.0 – 0.1
Asam Palmitat                                     14.1 – 15.3
Asam Stearat                                       3.7 – 9.8
Asam Arakidat                                    0.0 – 0.3
Asam Behenat                                     0.0 – 0.2
Asam Palmitoleat                                0.0 – 1.3
Asam Oleat                                         34.3 – 45.8
Asam Linoleat                                     29.0 – 44.2
Asam Linolenat                                   0.0 – 0.3
*) Sumber : Gubitz et al., (1998)

2. Proses Pembuatan Minyak Biji Jarak
Minyak jarak dapat diperoleh dari biji jarak yang sudah tua dan diproses dengan cara pengepresan. Pada penelitian ini biji jarak yang digunakan adalah biji jarak pagar dari buah yang sudah cukup tua, yang ditandai dengan kulit buah yang sudah menguning. Buah yang masih berkulit ini kemudian dijemur selama 3 hari hingga kering dan kulitnya menjadi pecah dengan sendirinya. Untuk memisahkan bagian biji dengan kulit buah dilakukan dengan menggunakan alat pemisah biji. Dengan alat ini, persentase biji utuh yang diperoleh sekitar 48% dan biji pecah 3%. Biji yang sudah dipisahkan dari cangkangnya kemudian diberi pemanasan
pendahuluan, yaitu berupa pemanasan dengan uap pada suhu 170oC selama 30 menit, pemanasan dengan oven pada suhu 105o C selama 30 menit serta pemanasan dengan penggongsengan biji sehingga biji cukup panas untuk dilakukan pengepresan. Pemanasan merupakan salah satu tahap dalam proses pengolahan minyak, yang bertujuan untuk menyatukan dan mengumpulkan butir-butir minyak sehingga memungkinkan minyak dapat mengalir keluar dari daging biji dengan mudah serta dapat mengurangi afinitas minyak pada permukaan biji sehingga pekerjaan pemerasan menjadi lebih efisien (Ketaren, 1986). Selain itu, pemanasan juga dimaksudkan untuk menonaktifkan enzim-enzim, sterilisasi pendahuluan, menguapkan air hingga kadar air tertentu, meningkatkan keenceran minyak, menggumpalkan beberapa protein sehingga memudahkan pemisahan lebih lanjut dan mengendapkan beberapa pospatida yang tidak dikehendaki (Makfoeld, 1982). Pengepresan biji jarak dalam penelitian ini dengan menggunakan alat pengepres hidraulik. Tujuan pengepresan adalah untuk mengeluarkan minyak yang ada di dalam daging biji. Dari hasil pengempaan ini dihasilkan minyak jarak sekitar 28-40% dan bungkil yang masih mengandung minyak dengan kadar 10-20 % tergantung metode pemanasan pendahuluan yang dilakukan, lama dan cara pengempaan. Pada pengempaan hidraulik, daging biji yang telah dipanaskan dimasukkan ke dalam kain saring, kemudian dikempa pada tekanan 110 kg/cm2 selama 15 menit sampai semua minyak keluar dan ditampung.
3. Pengaruh Metode Pemanasan Biji Jarak Terhadap Rendemen Minyak
Dalam proses ekstraksi minyak, maka tingkat rendemen minyak yang dihasilkan akan menentukan efisiensi dari proses ekstraksi. Dalam penelitian ini, sebelum esktraksi minyak jarak dengan pengempa hidraulik, maka dilakukan pemanasan pendahuluan yang bertujuan untuk mengeluarkan minyak dari sel-sel dan jaringan sehingga proses ekstraksi menjadi lebih sempurna. Metode pemanasan biji jarak sebelum diektraksi ternyata dapat mempengaruhi
rendemen minyak yang dihasilkan seperti terlihat pada Tabel 7 dan data hasil pengamatandisajikan pada Lampiran 1. Pada penelitian ini digunakan 3 (tiga) perlakuan pemanasan,yaitu cara blansir menggunakan uap panas selama 30 menit pada suhu 170oC (P1),pemanasan dengan menggunakan oven pada suhu 105oC (P2) dan pemanasan dengan carapenggongsengan (P3).Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 1 , maka rendemen minyak yang tertinggidiperoleh pada perlakuan pemanasan dengan cara penggongsengan.
Hal ini disebabkankarena dengan penggongsengan kadar air dipermukaan biji jarak menjadi rendah, dan suhu permukaan biji jarak menjadi lebih tinggi dibanding pemanasan dengan oven.
Pemanasan dengan uap menggunakan suhu yang paling tinggi yaitu 170oC, tetapi pada penelitian ini sumber uap yang digunakan adalah uap dari air panas, sehingga justru dapat meningkatkan kadar air dari biji jarak, hal ini akan menyulitkan proses pengeluaran minyak dari biji. Semakin tinggi suhu pemanasan, maka semakin mudah minyak keluar dari bahan karena pemanasan dapat mengakibatkan minyak menjadi encer.
Tabel 7. Pengaruh metode pemanasan biji jarak terhadap rendemen minyak
Metode Pemanasan                             Rendemen Minyak
Blansir uap panas (P1)                         22.23a
Pemanasan dengan Oven (P2)             24.51b
Penggongsengan (P3)                          27.95c
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji wilayah berganda Duncan pada taraf 5%.
Rendemen minyak jarak yang dihasilkan dalam penelitian ini masih cukup rendah yaitu berkisar antara 22-27%, sedangkan kadar minyak yang terdapat dalam biji jarak yang digunakan adalah sebesar 46%. Hal ini menunjukkan bahwa pada bungkil biji jarak masih terdapat minyak sebesar 19-24%. Rendahnya rendemen minyak jarak yang dihasilkan, disebabkan karena alat pengepres biji jarak yang digunakan masih sangat sederhana yaitu berupa hydraulic press. Untuk dapat mengeluarkan minyak dari biji jarak secara maksimum maka alat pengepres yang digunakan hendaknya berupa screw press ataupun alat pengepress yang menggunakan motor sebagai penggerak.


4. Karakteristik Minyak Biji Jarak
Karakteristik minyak biji jarak yang diamati dalam penelitian ini adalah bilangan
iod, bilangan asam, berat jenis, turbidity point dan indeks bias. Minyak biji jarak yang diamati adalah minyak biji jarak hasil pengepresan dengan menggunakan alat pengepres hidraulik (hydraulic press), dan dengan menggunakan 3 (tiga) metode pemanasan pendahuluan.
Pemanasan dengan blansir uap suhu 170oC selama 30 menit, P2 = Pemanasan dengan oven suhu 105oC selama 30 menit, P3 = Pemanasan dengan Penggongsengan)
a. Bilangan Iod
Bilangan iod didefenisikan sebagai jumlah garam iodin yang diserap oleh 100 g minyak. Nilai yang diperoleh menunjukkan derajat ketidak jenuhan minyak. Pada penelitian ini, metode penentuan bilangan iod dilakukan dengan metode Wijs. Prinsip dasar dari metode ini adalah gliserida tak jenuh mempunyai kemampuan mengabsorbsi sejumlah iod, khususnya apabila dibantu dengan suatu carrier seperti iodine klorida, membentuk suatu senyawa jenuh. Jumlah iod yang diabsorbsi menunjukkan ketidak jenuhan minyak. Ke dalam sejumlah sample minyak ditambahkan iod berlebih, dan kelebihan iod dititrasi dengan Na-tiosulfat sehingga iod yang diabsorbsi oleh minyak dapat diketahui jumlahnya (Apriyantono et al., 1989).
Analisis sidik ragam untuk bilangan iod (Lampiran 2) dan nilai rataan bilangan iod (Tabel 8) menunjukkan bahwa metode pemanasan berpengaruh sangat nyata terhadap bilangan iod minyak jarak. Berdasarkan Tabel 8 dan Gambar 1, terlihat bahwa bilangan iod yang paling tinggi terdapat pada minyak jarak yang dihasilkan melalui pemanasan pendahuluan dengan cara pengovenan pada suhu 105oC. Hal ini menunjukkan bahwa pemanasan dengan oven pada suhu 105oC, tidak menyebabkan putusnya ikatan rangkap yang terdapat pada rantai atom C dari asam lemak tidak jenuhnya. Pemutusan ikatanrangkap pada minyak dapat disebabkan oleh proses hidrogenasi atau terjadinya oksidasi pada minyak.
Proses hidrogenasi pada minyak bertujuan untuk menstabilkan minyak sehingga
masa simpannya lebih panjang. Proses oksidasi pada minyak terjadi karena aksi oksigen dari udara terhadap minyak. Dalam bahan yang mengandung minyak/lemak, konstituen yang paling mudah mengalami oksidasi adalah asam lemak tidak jenuh (Ketaren, 1986).
Pada proses pemanasan pendahuluan dengan penggongsengan, maka terjadinya reaksi oksidasi minyak yang terdapat pada biji jarak lebih mudah terjadi, karena penggongsengan dilakukan pada udara yang terbuka serta suhu yang relatif lebih tinggi. Semakin tinggi suhu pemanasan maka terjadinya oksidasi minyak akan semakin cepat. Selain itu oksidasi juga akan dipercepat oleh adanya radiasi misalnya oleh panas atau cahaya, adanya katalis atau bahan pengoksidasi seperti peroksida, perasid, ozon, asam nitrat dan beberapa senyawa organic nitro dan aldehid aromatik (Ketaren, 1986).
b. Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas dan dihitung
berdasarkan berat molekul asam lemak atau campuran asam lemak. Metode pemanasan pendahuluan terhadap biji jarak, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bilangan asam dari minyak jarak yang dihasilkan. Tetapi nilai bilangan asam yang dihasilkan dalam penelitian ini masih cukup tinggi seperti terlihat pada Lampiran 3 dan Tingginya bilangan asam pada minyak hasil proses pemanasan dengan blansir (P1) dan pemanasan dengan penggongsengan (P2) menunjukkan minyak tersebut sudah mengalami kerusakan dimana trigliserida minyak sudah terdegradasi membentuk asam  lemak bebas. Jarak (P1 = Pemanasan dengan blansir uap suhu 170oC selama 30 menit, P2 = Pemanasan dengan oven suhu 105oC selama 30 menit, P3 = Pemanasan dengan Penggongsengan)
c. Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan berat dari suatu volume contoh pada suhu 25oC dengan berat air pada volume dan suhu yang sama, dan dapat digunakan untuk minyak dalam bentuk cair. Pada penelitian ini berat jenis diukur dengan menggunakan alat piknometer, sedangkan data hasil pengukuran disajikan pada rendah daripada pemanasan dengan penggongsengan.












V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Biji jarak mengandung kadar lemak yang cukup tinggi yaitu sekitar 47% sehingga biji jarak sangat potensial digunakan sebagai sumber minyak,
2. Minyak biji jarak mengandung ikatan rangkap sehingga minyak ini berbentuk cair pada suhu ruang dan mempunyai titik cair yang rendah.
3. Proses pembuatan minyak jarak dapat dilakukan dengan metode yang sederhana, yaitu dengan pengepresan dengan alat hydraulic press.
4. Metode pemanasan pendahuluan pada biji jarak sebelum diekstraksi dapat mempengaruhi rendemen dan mutu minyak jarak yang dihasilkan. Pemanasan dengan menggunakan oven pada suhu 105oC selama 30 menit memberikan rendemen minyak sebesar 24.51% dengan mutu yang terbaik, yaitu bilangan iod 92.85 mg iod/g, bilangan asam 3.21 mg KOH/g, berat jenis 0.921, indeks bias 1.505 dan warna minyak bening. Rendemen minyak yang tertinggi diperoleh pada pemanasan dengan cara penggongsengan yaitu sebesar 27.95%, tetapi mutu minyak yang dihasilkan dengan cara ini rendah.
5. Minyak jarak sangat potensial dikembangkan sebagai bahan bakar alternative pengganti solar.



B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan :
1. Hendaknya dicara metode pengepresan lainnya, yang dapat memaksimalkan rendemen minyak, misalnya dengan cara screw press.
2. Perlu dicari alat pengepres dengan teknologi tepat guna sehingga dapat diterapkan pada petani atau skala rumah tangga.
3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi minyak jarak sebagai bahan bakar alternatif, pada mesin-mesin yang menggunakan solar seperti mesin diesel atau kenderaan berbahan bakar solar lainnya.






















DAFTAR PUSTAKA
American Standard Technical Material – ASTM PS 121-99. 2000. Provisional
specification for biodiesel fuel (B100) blend stock for distillate fuels. American
Society for Testing and Materials. United States.

AOAC. 1985. Official Method of Analysis of the Association of Official Analylitical

Chemists, Association of Official Analytical Chemists, Washington, D.C.
Apriyantono, A., D.Fardiaz, N.L.Puspitasari, Sedarnawati, S.Budiyanto, 1989. Petunjuk
Laboratorium Analisis Pangan. IPB Press.
Gubitz, G.M., M.Mittelbach, M.Trabi. 1999. Exploitation of the tropical seed plant
Jatropha curcas L., Bioresource Technology (67).
Ketaren, S. 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak angan. UI Press, Jakarta.
Makfoeld, D. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech, Yogyakarta.
Shreve, R.N. 1956. Chemical engineering series, The chemical process industries. 2nd
eds. New York, Toronto, London.
Suara Pembaruan, 2005. Dikembangkan BBM Alternatif dari Minyak Jarak. Rabu, 18
Mei 2005, Hal. 6 Kolom 1-2.
Trubus, 2005. Bahan Bakar Kenderaan Masa Depan. Juni 2005.
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Teknologi Pertanian
Propinsi Sumatera Utara Fakultas Pertanian USU Medan
Proses Pembuatan Minyak Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif 43
Lampiran 1. Data Pengamatan Rendemen Minyak Jarak (%)
Perlakuan Ulangan
1 2
Total Rataan
P1 22.01 22.45 44.46 22.23
P2 24.45 24.57 49.02 24.51
P3 27.96 27.94 55.90 27.95
Total 74.42 74.96 149.38
Rataan 24.81 24.99
Keterangan : P1 = pemanasan dengan blansir uap air suhu 170oC selama 30 menit, P2 =
pemanasan dengan oven suhu 105oC selama 30 menit, P3 = pemanasan
dengan penggingsengan.
Hasil Analisis Sidik Ragam Rendemen Minyak Jarak
Sumber
Keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F Hitung F.05 tabel F.01
tabel
Perlakuan 2 33.1669 16.5933 477.45** 9.55 30.82
Galat 3 0.1042 0.0347
Total 5 33.2711
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Teknologi Pertanian
Propinsi Sumatera Utara Fakultas Pertanian USU Medan
Proses Pembuatan Minyak Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif 44
Lampiran 2. Data Pengamatan Bilangan Iod Minyak Jarak (mg iod/g)
Perlakuan Ulangan
1 2
Total Rataan
P1 92.5 93.2 185.7 90.90
P2 88.2 88.3 176.5 88.25
P3 90.5 91.3 181.8 92.85
Total 271.2 272.8 544.0
Rataan 90.4 90.93
Keterangan : P1 = pemanasan dengan blansir uap air suhu 170oC selama 30 menit, P2 =
pemanasan dengan oven suhu 105oC selama 30 menit, P3 = pemanasan
dengan penggingsengan.
Hasil Analisis Sidik Ragam Bilangan Iod Minyak Jarak
Sumber
Keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F Hitung F.05 tabel F.01
tabel
Perlakuan 2 21.32 10.66 93.58** 9.55 30.82
Galat 3 0.57 0.11
Total 5 21.89
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Teknologi Pertanian
Propinsi Sumatera Utara Fakultas Pertanian USU Medan
Proses Pembuatan Minyak Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif 45
Lampiran 3. Data Pengamatan Bilangan Asam Minyak Jarak (mg KOH/g)
Perlakuan Ulangan
1 2
Total Rataan
P1 4.80 4.78 9.58 4.79
P2 3.80 3.78 7.58 3.79
P3 5.33 5.35 10.08 5.34
Total 13.93 13.91 27.24
Rataan 4.64 4.64
Keterangan : P1 = pemanasan dengan blansir uap air suhu 170oC selama 30 menit, P2 =
pemanasan dengan oven suhu 105oC selama 30 menit, P3 = pemanasan
dengan penggingsengan.
Hasil Analisis Sidik Ragam Bilangan Asam Minyak Jarak
Sumber
Keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F Hitung F.05 tabel F.01
tabel
Perlakuan 2 1.75 0.875 0.421 tn 9.55 30.82
Galat 3 6.23 2.076
Total 5 7.98
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Teknologi Pertanian
Propinsi Sumatera Utara Fakultas Pertanian USU Medan
Proses Pembuatan Minyak Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif 46
Lampiran 4. Data Pengamatan Berat Jenis Minyak Jarak
Perlakuan Ulangan
1 2
Total Rataan
P1 0.957 0.951 1.908 0.954
P2 0.923 0.918 1.841 0.921
P3 0.965 0.958 1.923 0.962
Total 2.845 2.827 5.672
Rataan 0.948 0.942
Keterangan : P1 = pemanasan dengan blansir uap air suhu 170oC selama 30 menit, P2 =
pemanasan dengan oven suhu 105oC selama 30 menit, P3 = pemanasan
dengan penggingsengan.
Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Jenis Minyak Jarak
Sumber
Keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F Hitung F.05 tabel F.01
tabel
Perlakuan 2 0.002 0.00095 51.99** 9.55 30.82
Galat 3 0.000055 0.000018
Total 5 0.002055
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Teknologi Pertanian
Propinsi Sumatera Utara Fakultas Pertanian USU Medan
Proses Pembuatan Minyak Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif 47
Lampiran 5. Data Pengamatan Indeks Bias Minyak Jarak
Perlakuan Ulangan
1 2
Total Rataan
P1 1.49 1.48 2.97 1.485
P2 1.50 1.51 3.01 1.505
P3 1.48 1.47 2.95 1.475
Total 4.47 4.46 8.93
Rataan 1.49 1.49
Keterangan : P1 = pemanasan dengan blansir uap air suhu 170oC selama 30 menit, P2 =
pemanasan dengan oven suhu 105oC selama 30 menit, P3 = pemanasan
dengan penggingsengan.
Hasil Analisis Sidik Ragam Indeks Bias Minyak Jarak
Sumber
Keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F Hitung F.05 tabel F.01
tabel
Perlakuan 2 0.0009 0.09 1.5 tn 9.55 30.82
Galat 3 0.185 0.06
Total 5 0.1859
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Teknologi Pertanian
Propinsi Sumatera Utara Fakultas Pertanian USU Medan
Proses Pembuatan Minyak Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif 48
Lampiran 6. Gambar Tanaman dan Buah Jarak pagar (Jatropha curcas L.)
a. Tanaman Jarak
b. Buah Jarak
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Teknologi Pertanian
Propinsi Sumatera Utara Fakultas Pertanian USU Medan
Proses Pembuatan Minyak Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif 49
Lampiran 7. Gambar Biji Jarak Utuh dan Daging Biji Jarak
a. Biji Utuh
b. Daging Biji
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Teknologi Pertanian
Propinsi Sumatera Utara Fakultas Pertanian USU Medan
Proses Pembuatan Minyak Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif 50
Lampiran 8. Alat Hydraullic Press dan Alat Penghancur Biji Jarak
a. Hydraullic Press
b. Alat Penghancur Biji Jarak
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Teknologi Pertanian
Propinsi Sumatera Utara Fakultas Pertanian USU Medan
Proses Pembuatan Minyak Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif 51
Lampiran 9. Gambar Minyak Biji Jarak
a. Minyak Jarak
b. Bungkil/ Cake

Tidak ada komentar:

Posting Komentar